Tentang Kami
BALAI BESAR STANDARDISASI DAN PELAYANAN JASA INDUSTRI SELULOSA
Perjalanan Sejarah Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa
Perjalanan sejarah Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa merupakan perjalanan yang unik, panjang, dan berliku. Sejarah pendirian BBSPJIS bukan berawal dari lembaga litbang yang ditujukan untuk mendukung industri pulp dan kertas, tetapi berawal dari keinginan pemerintah Orde Lama untuk swasembada (self supporting) produksi bahan sandang nasional yaitu rayon. Dalam perkembangan selanjutnya, proyek yang telah dilakukan sebagai persiapan pembangunan pabrik rayon tersebut kemudian berubah arah seirama dengan kebijakan pembangunan pemerintah Orde Baru saat itu yang lebih mengutamakan pembangunan proyek-proyek yang cepat menghasilkan dengan investasti yang relatif kecil. Sedangkan rencana pembangunan industri rayon terpadu membutuhkan investasi sangat besar dan banyak tenaga ahli/terlatih sehingga tidak lagi menjadi prioritas.
Pada masa perkembangan Orde Baru tersebut, industri dan kertas berkembang sangat cepat, dan sebaliknya rencana pembangunan pabrik rayon terhenti karena pemenuhan kebutuhan sandang telah dipenuhi industri kecil berbahan baku kapas dan kain rayon ex impor. Namun demikian, berbagai hasil penelitian yang telah pernah dilakukan tersebut, termasuk hasil pengembangan pada skala pilot plant pada masa LPS akan tetap memiliki manfaat sebagai bahan rujukan dalam penentuan kebijakan pembangunan industri sandang Indonesia di masa depan.
PERIODE AWAL PENELITIAN RAYON DI INDONESIA
Awal mula penelitian rayon di Indonesia merupakan respon pemerintah terhadap pemikiran atau gagasan Dr. Schacht, seorang ahli ekonomi dari Republik Federasi Jerman (RFJ/ Jerman Barat) pada kunjungan kerjanya ke Indonesia tahun 1951. Kunjungan kerja ini merupakan aksi nyata pemerintah bagi swa-sembada (self supporting) sandang dari serat rayon (synthetic fibres) yang berasal dari kayu alam Indonesia untuk substitusi kapas yang banyak diimpor. Gagasan pendirian industri atau pabrik rayon didasarkan pada fakta besarnya ketersediaan sumber bahan serat alam di Indonesia. Gagasan Dr. Schacht tersebut kemudian direalisasikan oleh Kementerian Perekonomian tahun 1954 yang pada waktu itu dipimpin oleh Ir. Roosseno dengan melaksanakan studi kelayakan kemungkinan pendirian industri/ proyek rayon di Indonesia.
Selanjutnya, studi kelayakan atau kajian kemungkinan memproduksi rayon dan serat alam yang terdapat melimpah di hutan-hutan Indonesia dilaksanakan secara sederhana, berupa survai dan pengujian di laboratorium. Penelitian awal survai pemanfaatan serat alam hutan Indonesia ini dipimpin oleh Prof. Dr. R.J.H. Bisanz, ahli rayon dari RFJ bersama-sama dengan beberapa peneliti Indonesia diantaranya Dr. Ir. Roehjati Joedodibroto yang baru kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya di Amerika Serikat. Sebagai hasilnya, pada awal tahun 1955, kajian rencana pendirian pabrik rayon dari sisi teknis dan penilaian harga bahan-bahan dan permesinan pendirian pabrik rayon telah tersusun. Kajian ini seluruhnya didasarkan atas laporan kajian di atas yang disusun oleh Kelompok Kerja Khusus Rayon, Seksi Sandang, Biro Perancang Negara (BPN), yang kemudian berubah menjadi Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS) pada tahun 1957, dan menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Selanjutnya penelitian skala laboratorium mengenai teknologi pembuatan serat rayon, terutama dari bahan serat kayu-kayu tropis sejak tahun 1956 mulai diadakan dan dilaksanakan oleh Balai Penyelidikan Kimia Bogor (BPKB) yang sekarang menjadi Balai Besar Industri Agro (BBIA). Penelitian ini selanjutnya ditempatkan di Laboratorium Rayon Bandung yang hasil penelitiannya merekomendasikan pendirian pabrik rayon di dekat Palembang, Sumatera Selatan.
BPN menjalankan koordinasi antar departemen sampai akhirnya pada tanggal 18 Januari 1958 dibentuk Panitia Rayon. Dalam bulan Oktober 1958 dibentuklah Kelompok Kerja Rayon yang diketuai oleh G.M. Charidjie Kasuma, dengan nama Proyek Rayon, sebagai bagian dari proyek-proyek istimewa di dalam lingkungan BPN.
Kelompok Kerja Rayon selanjutnya menetapkan target pencapaian kerja dengan persetujuan Perdana Menteri Kabinet Karya untuk mendirikan :
- Pabrik pilot rayon (pilot plant rayon) dengan kapasitas 1 ton serat rayon/ hari guna keperluan riset dan pelatihan
- Pabrik Rayon dengan kapasitas 15.000 ton/ tahun
Dengan terbentuknya Kelompok Kerja Rayon atau Proyek Rayon, maka aktivitas-aktivitas survai dan penelitian dalam rangka pendirian pabrik rayon mengalami peningkatan dan kemajuan pesat. Selanjutnya di Bandung didirikan "Rayon Planning Bureau", Laboratorium Rayon, dan Balai Rayon. Pada tahun 1959 bagian Selulosa dari BPKB seluruhnya dipindahkan ke Bandung dan resmi menjadi Laboratorium Rayon dari Proyek Rayon.
Dinamika dari kebijakan (policy) pemerintah dan reorganisasi Departemen secara langsung menentukan pasang surut aktivitas Proyek Rayon yang menyebabkan pula perubahan-perubahan organisasi dari Proyek Rayon tersebut. Dengan berubahnya BPN menjadi Depernas pada tahun 1959, maka tanggung jawab kelanjutan pelaksanaan proyek-proyek yang ada di bawah wewenangnya dialihkan kepada Departemen yang bersangkutan. Akhirnya pada tahun 1960 Proyek Rayon diserahkanterimakan tanggung jawab pelaksanaannya kepada Biro Industrialisasi, Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan.
Selanjutnya, sejalan dengan reorganisasi yang terjadi di dalam Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan juga pada tahun 1980, maka Proyek Rayon pun dibagi menjadi 2 (dua) buah proyek, yaitu:
- Proyek Rayon Palembang, berkedudukan di Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan Jakarta dengan tugas merencanakan dan melaksanakan pendirian industri rayon di Palembang
- Proyek Pilot dan Balai Rayon, dipimpin oleh Ir. Amir Pamuntjak dan berkedudukan di Bandung dengan tugas melanjutkan penelitian mengenai sumber serat alam dari bahan baku kayu khususnya beberapa kayu yang menghasilkan serat yang paling sesuai untuk industri rayon.
Rencana pendirian pabrik rayon di Indonesia tertuang di dalam Amanat Pembangunan Presiden Soekarno
pada Sidang Istimewa DEPERNAS pada tanggal 11 Desember 1963 yang menyebutkan elemen
Tahun 1961-1962 merupakan tahun-tahun yang sangat sibuk untuk Proyek Rayon, antara lain terlibat aktif pada survai pendirian industri rayon yang dilaksanakan oleh pihak Von Kohorn International Corporation, sebuah perusahaan multi nasional rayon yang memiliki cabang di lebih 30 negara. Survai potensi hutan Indonesia ini melibatkan tenaga ahli Indonesia sebagai pendamping (counterpart) sekaligus sebagai sarana alih teknologi pembuatan rayon langsung dari para ahlinya. Survai tersebut merupakan bagian dari studi kelayakan (feasibility study) didirikannya suatu industri rayon lengkap di sekitar Palembang, Sumatera Selatan.
Seiring dengan perkembangan negara serta dibangunnya beberapa pabrik (proyek) pulp dan kertas baru di beberapa wilayah Indonesia, yang sangat memerlukan pendampingan dari laboratorium penelitian, mengakibatkan pada tahun 1963 Proyek Pilot dan Balai Rayon di Bandung pun kemudian dibagi menjadi dua, yaitu:
- Proyek Balai Rayon dan Selulosa, yang berkedudukan di Jl. Taman Sari 126 Bandung (berdampingan dengan ITB), dipimpin oleh Ir. Garjito Pringgo Sudirjo dan dibantu oleh Ir. Amir Pamuntjak, dengan tugas pokok dan fungsi sebagai Balai Penelitian yang mengadakan penelitian mengenai kemungkinan penggunaan bahan-bahan baku serat untuk industri rayon, industri pulp dan kertas, serta industri selulosa lainnya.
- Proyek Pilot Rayon, yang berkedudukan di Jl. Raya Dayeuhkolot 158 Bandung, dipimpin oleh Ir. Abubakar Sutikno, dengan tugas pokok merencanakan dan merealisasikan pembangunan Pilot Plant Rayon bekerjasama dengan para ahli dari RFJ.
Dengan terjadinya spesialisasi tugas antara Proyek Pilot Rayon dengan Proyek Balai Rayon dan Selulosa, maka sejak tahun 1963 masing-masing Proyek tersebut mulai melaksanakan tugas. Perkembangan selanjutnya adalah diterimanya hibah (grant) dari Pemerintah RFJ sebesar 6.150.000 Deutsch Mark (DM) sebagai realisasi kerjasama teknik dan ekonomi untuk instalasi mesin-mesin pada Proyek Pilot Rayon di Jalan Raya Dayeuhkolot 158 Bandung dengan dana pendamping disediakan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Setelah terbentuknya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1966, Menteri Perindustrian Dasar, Ringan dan Tenaga Republik Indonesia Muhamad Jusuf mengeluarkan Surat Keputusan No. 568/ M/ 67 tanggal 25 September 1967 yang mengintegrasikan Proyek Balai Rayon dan Selulosa, dan Proyek Pilot Rayon menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Selulosa (PPIS) menjelang selesainya pembangunan Proyek Pilot Rayon. PPIS inilah yang lebih dikenal sebagai Lembaga Penelitian Selulosa (LPS) yang secara al berada di bawah Direktorat Jenderal Industri Kimia, Departemen Perindustrian.
MASA LEMBAGA PENELITIAN SELULOSA
Setelah semua pekerjaan pembangunan Proyek Pilot Rayon selesai, maka pada hari Kamis, tanggal 14 Nopember 1968, Pabrik Rayon Skala Pilot (Rayon Pilot Plant) diresmikan oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Muhamad Jusuf bersama Duta Besar Republik Federasi Jerman Mr S.E. Hilmar Bassler di lokasi Proyek Pilot Rayon di Jl. Raya Dayeuhkolot 158 Bandung. Peresmian ini diabadikan dalam bentuk "Prasasti Proyek Pilot Rayon" yang ditandatangani oleh Menteri Perindustrian Muhamad Jusuf bersama Duta Besar Jerman Barat, Mr S.E. Hilmar Bassler. Sejak tanggal 14 Nopember 1968 itu pula seluruh kegiatan Proyek Balai Rayon secara resmi diintegrasikan ke dalam LPS, walaupun Balai Rayon dan Selulosa masih melaksanakan kegiatannya di Jalan Taman Sari 126 Bandung sampai tahun 1985.
Sebagai Kepala LPS yang pertama adalah Ir. Abubakar Sutikno, mantan Kepala Proyek Pilot Rayon, dan Ir. Garjito Pringgo Sudirdjo mantan Kepala Proyek Balai Rayon dan Selulosa sebagai Wakil Kepala. Kemudian, sehubungan dengan pengangkatan Ir. Abubakar Sutikno melalui SK Menperin No 512/ M/ SK/ VIII/ 1972 sebagai Direktur Utama Perum Kertas Basuki Rachmat, maka terhitung dari tanggal 20 Agustus 1972, LPS dipimpin oleh Ir. Garjito Pringgo Sudirdjo.
Sesuai dengan ketetapan yang digariskan oleh Direktur Jenderal Perindustrian Kimia No. 32/DD/Kpts/69 tanggal 30 April 1968, maka ruang lingkup dan tugas pokok LPS adalah:
- melaksanakan pengujian bahan baku serat alam, bahan penolong, bahan setengah jadi, dan bahan jadi dalam industri selulosa yang menyangkut kualitas dan isasi untuk penggunaan industri selulosa (pulp, kertas dan rayon) dalam negeri Indonesia maupun luar negeri
- melaksanakan penelitian dan percobaan pemanfaatan sumber bahan baku serat alam, bahan penolong, bahan setengah jadi, dan bahan jadi dalam industri selulosa (pulp, kertas, dan rayon) dalam rangka swasembada dengan jalan penelaahan pustaka/studi literatur, dan inventarisasi percobaan instansi-instansi lain di dalam negeri maupun luar negeri
- melaksanakan pengembangan hasil penelitian laboratorium dalam rangka penyempurnaan proses dan hasil produksi kuantitatif dan kualitatif ke skala pilot dan kemungkinan pengembangannya ke skala komersial/industri
- melaksanakan pelayanan jasa teknis keteknikan dan konsultansi bagi pembinaan dan pengembangan industri selulosa dalam hal penentuan tempat, kelayakan teknis (technical feasibilities), economic justification, trial operation, dan sebagainya
- melaksanakan pelatihan, penataran, penyuluhan, dan bimbingan teknis tenaga kerja industri selulosa
- membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh pabrik atau instansi-instansi lain dalam bidang teknologi proses maupun pencemaran yang diakibatkan oleh industri selulosa
- melaksanakan afiliasi dalam bidang tugas penelitian dan pengembangan termasuk "engineering services" dengan lembaga-lembaga penelitian/ pendidikan di dalam maupun di luar negeri
- menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan secara berkala dalam bentuk jurnal atau majalah ilmiah bernama Berita Selulosa dengan terbitan pertama pada tahun 1965 oleh Proyek Balai Rayon dan Semesta.
Berbagai penelitian terhadap bahan baku sumber serat kayu dan non kayu sebagai bahan baku pulp dan dissolving pulp yang baik untuk pembuatan kertas, rayon, maupun derivat selulosa lainnya serta upaya pengendalian terhadap dampak yang timbul karena adanya industri selulosa telah dilakukan oleh para peneliti LPS. Penelitian skala laboratorium dilaksanakan oleh Divisi Pengembangan.
Selain itu, untuk lebih menunjang pengembangan industri rayon, pulp, dan
kertas di Indonesia, LPS juga melakukan berbagai kegiatan yang bersifat
pelayanan jasa teknis praktis kepada industri. Layanan seperti konsultansi dan bimbingan
teknis, pelayanan dalam bidang informasi (publikasi dan komunikasi) serta penyelenggaraan
pelatihan teknis baik bagi karyawan baru maupun penataran bagi karyawan karyawan lama terutama
dalam bidang teknologi pulp dan kertas. Disamping itu LPS juga memproduksi Pulp, Hypo khlorit (NaOCI),
HCI, Khlorin (CI
Visi, Misi, Motto
VISI
Menjadi lembaga litbang inovatif dan pusat pelayanan jasa teknis profesional di bidang pulp, kertas, derivat selulosa dan lingkungan.
MISI
Melaksanakan litbang yang inovatif di bidang pulp, kertas, derivat selulosa, dan lingkungan.
Memberikan pelayanan jasa teknis yang profesional di bidang pulp, kertas, derivat selulosa, dan lingkungan.
MOTTO
Dedicating Research for Services
Tugas Pokok dan Fungsi
BBSPJIS mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi
industri pulp dan kertas sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.
Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, BBSPJIS menyelenggarakan fungsi :
a. optimalisasi teknologi, pelayanan jasa teknik bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan dan pelaksanaan pelayanan
dalam bidang pelatihan teknis, konsultansi/penyuluhan, alih teknologi serta rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri;
b. pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi;
c. pelaksanakan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri pulp dan kertas, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan;
d. pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan koordinasi sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan BBSPJIS , serta penyusunan dan
penerapan standardisasi industri pulp dan kertas; dan
e. pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan BBSPJIS.
Kebijakan Mutu
1. Bekerja secara profesional dalam memenuhi kebutuhan pelanggan untuk mencapai visi menjadi lembaga litbang inovatif dan pusat pelayanan jasa teknis profesional di bidang pulp,
kertas, derivat selulosa dan lingkungan;
2. Menjamin mutu produk pelayanan melalui penerapan sistem manajemen mutu SNI ISO 9001 : 2015 dan ISO/IEC 17025 : 2017;
3. Menjamin semua personil memahami dan menerapkan sistem manajemen secara konsisten serta mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku;
4. Memberikan pelayanan sesuai dengan sistem mutu dan secara berkelanjutan meningkatkan efektivitasnya;
5. Menerapkan standar pelayanan guna meningkatkan kepuasan pelanggan
6. Menjamin pelaksanaan kegiatan laboratorium yang tidak memihak dan menjaga kerahasiaan;
7. Menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja saat pengambilan contoh uji dan pengujian serta pengelolaan limbah laboratorium;
Struktur Organisasi
Profil Singkat Pejabat

Dr. Sri Bimo Pratomo, ST., M.Eng
Pendidikan :
Riwayat Jabatan :
- Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa
- Pembina Industri Ahli Madya
- Analis Kebijakan Ahli Madya
- Kepala Sub Industri Direktorat Logam Bukan Besi pada Direktorat Industri Logam
- Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Balai Besar Logam dan Mesin
- Kepala Seksi Pengecoran Logam dan Perlakuan Panas pada Bidang Penelitian dan Pengembangan
- Staff Balai Besar Pengembangan Industri Logam dan Mesin

Sutedja, S.Sos
Bandung/ 19 Juli 1972
S1 Ilmu Sosial di STIA, Bandung

Iwan Kurnia
Bandung/ 27-01-1980
S1 Universitas Langlangbuana

Ati Nurhayati, S.Sos
Bandung/ 13 Juli 1972
S1 Administrasi Negara di Universitas Nurtanio, Bandung

Faridh Hendriana, ST., ME
Kuningan, 24 Oktober 1984
S1, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Jurusan Teknik Industri
S2 MAGISTER EKONOMI TERAPAN, UNIVERSITAS PADJADJARAN, Bandung

Emma Safarina Ertaviani, ST, MT.
Demak/ 4 Januari 1980
S1 Teknik Informatika di Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung
S2 Teknik Telekomunikasi di Institut Teknologi Telkom, Bandung

Sonny Kurnia Wirawan, S.Si
Bandung/ 31 Januari 1980
S1, Univ Jenderal Achmad Yani, Jurusan Kimia

Yani Kurniawati, SS
Bireun Aceh Utara/ 5 Januari 1973
S1, STBA YAPARI - ABA, Jurusan SASTRA

Hendy Kuswaendi, S.Kom.
Bandung/ 1 Desember 1979
S1 Manajemen Informatika di STMIK Indonesia Mandiri, Bandung

Joko Pratomo, ST., MM.
Bandung, 6 Desember 1976
S1 Teknik Elektro, Univ Jenderal Ahmad Yani, Bandung
S2 Manajemen, Universitas Widyatama , Bandung

Yoveni Yanimar Fitri, ST
Cianjur/ 13 Februari 1980
S1 Teknik Lingkungan di Universitas Andalas, Padang

Darmawan, ST., MT.
Bandung/ 29 Mei 1975
S1 Teknik Fisika di ITB, Bandung
S2 Instrumentasi dan Kontrol di ITB, Bandung

FIRMAN NUGRAHA, S.ST
Bandung, 1 Februari 1983
D4 Kimia Tekstil, Politeknik STTT, Bandung

Rina Masriani, S.Si, M.Si
Bandung/ 25 Desember 1973
S1 MIPA Kimia di Institut Pertanian Bogor
S2 Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Teddy Kardiansyah, S.Si., M.Sc
Bandung/ 7 Desember 1983
S1 MIPA Kimia di Universitas Padjajaran, Bandung
S2 Ilmu Kehutanan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Dr. Hendro Risdianto, ST, MT
Purbalingga/ 23 Maret 1980
S1 Teknik Kimia Kimia di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
S2 Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung
S3 Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Dr. ANDRI TAUFICK RIZALUDDIN, ST, MT
CIREBON/ 11 Maret 1976
S1 Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Bandung
S2 Teknik Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung
S3 Appropiate Technology and Sciences for Sustainabl, University of Tsukuba, Jepang

Kristaufan Joko Pramono, ST, MSE, MA
Bandung/ 27 Mei 1977
S1 Teknik Lingkungan IPB, Bandung
S2 Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia, Depok
S2 Economics of Development di Institute of Social Studies, Erasmus University Ro, The Hague

Dr. Syamsudin, ST, M.Si
Kotobaru/ 27 Juni 1963
S1 Teknik Kimia di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
S2 Kimia di Universitas Indonesia, Depok
S3 Teknik Kimia di Institut Teknologi Bandung, Bandung

Mukharomah Nur Aini, ST., MIL
Surakarta/ 24 Januari 1974
S1 Teknik Kimia di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
S2 Ilmu Lingkungan di Universitas Padjajaran, Bandung

Reza Bastari Imran Wattimena, ST., MT
Jakarta, 5 Nopember 1975
S1 Teknik Mesin, ITENAS, Jakarta
S2 Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung